Jembatan Ambruk, Ratusan Warga Garut Terancam Kelaparan

Bookmark and Share

Sebanyak 162 warga di empat kampung di Desa Mekarmukti, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut, Jawa Barat, terancam kelaparan. Ini terjadi setelah jembatan gantung yang melintasi Sungai Cisanggiri ambruk tertimpa pohon yang terkena angin puting beliung, 9 Januari lalu.

Ambruknya jembatan membuat perekonomian warga di lima kampung di Desa Mekarmukti, terganggu. "Warga di sini jelas terganggu karena tidak bisa menjual hasil tani, dan membeli kebutuhan sehari-hari ke pasar tradisional. Untuk sementara, saya dan warga di sini mengonsumsi makanan yang stoknya kian menipis," ujar Yanto, 37, warga Kampung Cadas Dodas, Ahad (29/1).

Kepala Desa Mekarmukti, Sujaya, mengatakan keempat kampung itu termasuk wilayah terisolasi. "Untuk membeli, dan mendapatkan makanan, serta kebutuhan sehari-hari lainnya, mereka harus menggunakan saja ojek yang jaraknya 15 kilometer ke pasar Kecamatan Cibalong. Biaya ojek pulang-pergi Rp100 ribu," ujar Sujaya.

Sujaya mengungkapkan, jembatan gantung sepanjang 150 meter itu terbuat dari bambu dan kayu dengan diikat tali kawat sepanjang 150 meter, dan lebar satu meter. Jembatan itu merupakan akses jalan utama menuju kota Kecamatan Cibalong bagi warga di lima kampung tersebut.

Sujaya memastikan, jika pemerintah daerah tidak segera memperbaiki jalan, warga yang terancam kelaparan akibat dampak rawan pangan di desa itu akan terus bertambah. Itu terjadi karena kurangnya pasokan makanan kelima kampung tersebut, selain sulitnya transportasi.

"Di lima kampung itu terdapat 175 kepala keluarga dengan jumlah warga 702 orang. Namun, yang mengalami rawan pangan sekitar 161 jiwa, dan sebagian besar di antaranya bekerja sebagai buruh tani. Itu pun baru data sementara, karena pendataan masih dilakukan," kata Sujaya.

Maman, warga Mekarmukti, mengaku sudah tidak punya bahan makanan. "Terus terang, saya sudah tidak memiliki lagi makanan untuk besok (hari ini). Ya, mau tidak mau harus minta ke tetengga atau kerabat," ujar ayah tiga anak yang bekerja sebagai petani tomat di kampong Cadas Bodas.

Tidak hanya itu warga di lima kampung itu melakukan berbagai aktivitas, seperti sekolah dan bekerja menuju kawasan kota kecamatan setempat. "Masih banyak anak-anak sekolah yang terpaksa menaiki areal perbukitan dan berjalan ditebing untuk sampai ke sekolah mereka," kata Darya, 56, tokoh masyarakat Desa Mekarmukti.

Sujaya menambahkan, untuk sementara kini warga menggunakan perahu karet bantuan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Barat yang digunakan sebagai alat transportasi.

"Sebelumnya BPBD Provinsi Jawa Barat berjanji akan membantu dua unit perahu karet. Namun, pada kenyataannya hanya satu unit yang diterima warga," ungkap Sujaya.

Hingga saat ini belum ada rencana untuk membangun kembali jembatan gantung tersebut. Namun, Bupati Garut Aceng Fikri berjanji akan mengalokasikan dana dari APBD sebesar Rp200 juta.

"Mudah-mudahan dengan itu, jembatan gantung bisa dibangun lebih bagus dari sebelumnya. Yang penting, roda perekonomian warga di sekitar itu tidak lagi terganggu," kata Bupati.


{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar